NAMA : Nurul Ichsania Hammado
NRP :
G851130071
Program Pascasarjana Biokimia IPB
Tugas Individu Mata Kuliah
Teknologi DNA
OPTIMASI EKSPRESI GEN
Gen merupakan materi genetik yang
ditulis dalam kode dan disebut DNA. Setiap gen memiliki satu set instruksi
untuk membuat molekul yang dibutuhkan organisme untuk bertahan hidup. Akan
tetapi, gen itu sendiri tidak dapat digunakan oleh organisme melainkan harus
diubah terlebih dahulu menjadi produk gen. Ekspresi gen adalah proses dimana
informasi yang terkandung dalam gen menjadi produk yang beranfaat.
Ekspresi gen di dalam sel memerlukan
dua proses, transkripsi dimana DNA berfungsi sebagai template dan
ditranskripsikan menjadi mRNA dan translasi dimana informasi pada RNA akan
diterjemahkan menghasilkan protein. Pengaturan ekspresi gen pada sel eukariotik
hanya memungkinkan ekspresi sebagaian kecil genom dalam suatu waktu, sehingga
sel dapat menjalani perkembangan dan differensiasi.
Ekspresi gen menjadi satu prosedural
yang penting dalam teknologi manipulasi DNA karena termasuk dalam salah satu
metode pada teknologi rekombinan yang berfungsi untuk memperbaiki kualitas
produk genetika untuk keberlangsungan mahluk hidup. Keterkaitan antara
teknologi rekombinan DNA dengan penanggulangan masalah sosial menjadi perhatian
utama dari dulu hingga sekarang. Contohnya dalam penanggulangan masalah
kesehatan melalui pembuatan antibiotik, antiinflamasi, atau jenis-jenis obat
lainnya yang menggunakan teknik rekombinan dengan pemanfaatan mikroba.
Seperti metode-metode pada umumnya,
optimum tidaknya proses ekspresi gen dapat diketahui dengan memahami beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekspresi genetika. Beberapa faktor
tersebut selanjutnya dibahas berikut.
1. Pemilihan
Promotor
Defenisi
promotor merupakan agen spesifik yang dikenali oleh RNA Polimerase sebagai
faktor yang menyebabkan berlangsungnya proses transkripsi. Promotor merupakan
bagian dari gen (sekuen DNA) yang memiliki fungsi untur mengatur ekspresi gen
pada tahapan transkripsi. Cara kerja promotor yaitu, promotor akan dikenali
pertama kali oleh RNA Polimerase, dimana di daerah ini mengandung beberapa basa
yang hampir sama yang membentuk rangkaian TATA, disebut juga TATA boks. Proses
ini seringkali juga disebut tahapan inisiasi atau pengenalan sebelum sintesis
RNA.
Pemilihan
jenis promotor akan menentukan banyaknya protein yang akan dihasilkan selama
proses ekspresi genetik. Proses seleksi promotor tidak sedikit mempengaruhi tingkat
ekspresi lokasi ataupun waktu berlangsungnya ekspresi gen. Jenis promotor
sendiri memberikan pengaruh secara spesifik pada daerah koding. Ada promotor
yang tingkat produksi proteinnya sangat banyak. Seringkali disebut promotor
kuat, karena kemampuannya yang memproduksi protein tersebut dalam jumlah yang
cukup banyak. Promotor ini disebut
promotor konstitutif. Disebut demikian karena promotor ini akan diekspresikan
selamanya oleh organisme tersebut selama masa hidupnya. Contoh promotor ini
banyak digunakan pada level ekspresi tinggi dan berlangsung secara
terus-menerus.
Jenis
promotor berikutnya adalah promotor terinduksi, yang apabila dipahami maka
promotor ini dibuat untuk dikontrol produksi jumlah proteinnya. Karena tidak
semua proses rekayasa genetika membutuhkan protein dalam jumlah yang besar.
Adakalanya juga jumlah protein yang banyak akan menyebabkan penekanan pada
ekspresi gen dan menyebabkan terhentinya produksi protein di dalam sel. Karena
jumlah yang banyak ini pula, lantas promotor tersebut akan bersifat toksik
(merusak atau bahkan menyebabkan kematian). Promotor induksi juga dihasilkan
hanya dalam keadaan khusus tergantung pada keberadaan senyawa atau kondisi
lingkungan. Contoh promotor ini adalah untuk ekspresi gen bakteri yang resisten
antibiotik. Pada kondisi ini, ekspresi gen diatur dengan pemberian senyawa
penginduksi.
2. Penggunaan
Enhancer
Enhancer
dapat juga diartikan sebagai urutan DNA yang mempengaruhi, menstimulasi
ekspresi gen sebagai aktivator, berfungsi tanpa terpengaruh pada posisi dan
orientasinya. Pemanfaatan enhancer dimaksudkan untuk meningkatkan ekspresi gen
beberapa kali lipat. Optimasi enhancer dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
kombinasi dengan promotor dan inang.
Beberapa
karakteristik dari enhancer adalah aktif pada gen yang jauh jaraknya (ribuan
nukleotida), terletak sebelum atau sesudah gen, dapat diregulasi oleh faktor
yang bisa berdifusi.
3. Pengaruh
mRNA
Kestabilan
mRNA menentukan jumlah level ekspresi gen. Diketahui jika stabilitas mRNA
prokariotik tidak stabil jika dibandingkan mRNA eukariotik. Hal ini disebabkan
karena organisme eukariotik memiliki paruh waktu lebih lama, yakni dalam
hitungan jam dan hari, ketimbang paruh waktu yang dimiliki oleh organisme
prokariotik yang berlangsung dalam hitungan menit. Penentuan waktu paruh dapat
dilihat dari urtan ujung 3` mRNA.
4. Keberadaan
Intron dan Ekson
Intron
adalah bagian sekuen DNA yang tidak diterjemahkan, sedangkan ekson adalah
bagian penting dalam urutan (sekuen) DNA karena merupakan bagian yang akan
diterjemahkan. Dalam proses rekayasa genetika antara dua jenis organisme yang
berbeda yakni dari satu gen eukariotik kepada prokariotik, terjadi penghilangan
atau peniadaan bagian intron dari gen tersebut. Karena ada beberapa prokariotik
yang tidak mampu membaca bagian intron dari suatu gen. Sebagai tambahan, gen
prokariotik tidak mengandung intron.
5. Pemilihan
Jenis Kodon
Kodon
adalah susunan deretan nukeotida yang terdapat pada mRNA yang merupakan
kombinasi dari tiga nukleotida berurutan berfungsi untuk menyandi suatu asam
amino tertentu juga sering disebut triplet kodon. Optimasi kodon dapat
dilakukan dengan meniadakan bias kodon yang dapat menghambat produksi protein
rekombinan pada system prokariota. Untuk beberapa kasus, ada kodon yang harus
dioptimasi dulu baru selanjutnya ditransformasi.
6. Plasmid
Plasmid
merupakan materi DNA yang bertugas untuk membawa gen asing untuk selanjutnya
ditransformasikan ke dalam sel inang sehingga dapat bereplikasi. Beberapa
keunikan dari plasmid adalah ukurannya yang kecil sehingga mudah untuk
bertransformasi, memiliki kemampuan bereplikasi lebih banyak di dalam sel inang
(host), dan memiliki bagian restriksi
di bagian-bagian tertentu. Hubungan jumlah salinan plasmid dengan optimasi
ekspresi gen adalah semakin banyak salinan plasmid yang dimasukkan ke sel
inang, maka semakin besar pula jumlah transforman yang dihasilkan. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan proses introduksi.
Plasmid memiliki tingkat kestabilan yang dipengaruhi oleh agen resistensi. Keberadaan agen resistensi akan menyeleksi mikroorganisme mana yang tahan (resisten) terhadap antibiotik. Mikroorganisme yang tidak memiliki kemampuan resistan terhadap agen penyeleksi akan mati. Agen penyeleksi ini banyak dimanfaatkan dalam produksi skala laboratorium sebagai uji toksik yang menghitung laju pertumbuhan mikroba sebelum dan setelah pemberian agen resistensi.
7. Sel
Inang
Inang
(host) merupakan sel tumpangan dimana
plasmid ataupun vektor akan diinjeksikan agar dapat bereplikasi. Sel inang yang
baik adalah yang stabil dan mampu bereplikasi dalam waktu singkat,
pertumbuhannya banyak, tidak bersifat patogen, sesuai dengan vektornya, dapat
menjaga stabilitas gen asing sehingga gen asing tersebut dapat bereplikasi
dengan baik.
Ada
beberapa fase yang harus dilalui mikroorganisme, diantaranya adalah:
a. Fase
adaptasi, fase ini merupakan periode dimana mikroorganisme melakukan
penyesuaian dengan lingkungan sekitarnya atau medianya. Lama proses ini bisa
terjadi dalam hitungan jam ataupun hari, tergantung jenis mikroorganismenya.
Jika fase ini mampu dilalui, maka mikroorganisme selanjutnya menuju fase
pertumbuhan.
b. Fase
pertumbuhan merupakan periode dimana mikroorganisme mengalami perkembangbiakan
secara cepat seiring dengan peningkatan jumlah sel yang membelah. Fase
pertumbuhan banyak dipengaruhi oleh suhu, pH, kondisi media dan nutrient yang
tersedia dalam media.
c. Fase
selanjutnya disebut fase stasioner atau fase stabil. Pada fase ini keseimbangan
terjadi antara laju pertumbuhan dan laju kematian. Dalam fase ini
mikroorganisme banyak menghasilkan metabolit sekunder.
d. Fase
terakhir disebut fase kematian. Disebut demikian karena pada fase ini laju
kematian lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan. Bisa jadi disebabkan
laju pertumbuhan yang semakin meningkat sedangkan nutrient yang ada pada media
tidak bertambah.
8. Faktor
Kondisi dan Lingkungan
Optimasi kondisi lingkungan dapat dikontrol dengan pH
optimum dan tempratur optimum, dimana
setiap mikroorganisme memiliki kedua faktor optimum ini dalam skala yang
berbeda-beda. Faktor berikutnya yakni kadar oksigen. Untuk bakteri aerob dan
anaerob, keduanya memiliki kebutuhan kadar oksigen untuk mlekukan proses
ekspresi gen yang berbeda-beda. Bagi mikroorganisme aerob, oksigen yang
dibutuhkan jauh lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan bakteri
anaerob. Kondisi terakhir yang perlu dioptimumkan yakni komposisi media.
Komposisi media harus disesuaikan dengan jenis mikroorganisme yang digunakan
untuk ekspresi gen. Salah satu contoh optimalisasi komposisi media adalah
dengan pemanfaatan bioreaktor sebagai media fermentor.
Selain optimasi faktor-faktor di
atas, ada pula cara optimasi ekspresi gen lainnya yang berlangsung di era
moderen. Metode tersebut seringkali disebut metode manipulasi DNA atau
teknologi rekombinan. Teknologi rekombinan tersebut berkembang seiring dengan
perkembangan zaman. Beberapa diantaranya adalah metode pemisahan molekul DNA
menggunakan elektroforesis pada berbagai ukuran. Ada juga pemurnian molekul DNA
yang dilabel secara spesifik dengan radioisotope atau penanda kimia secara in
vitro. Metode selanjutnya yakni southern, northern blotting dengan proses
hibridisasi; DNA Library; atau bahkan
dengan menggunakan Polymerase Chain
Reaction (PCR). Metode PCR merupakan teknologi rekombinasi DNA dengan cara
mengamplifikasi (perbanyakan) utas DNA. Beberapa langkah yang umum dalam proses
PCR yakni Inisiasi (Pengenalan), Annealing (Penempelan), Elongasi
(pemanjangan), dan Amplifikasi (Perbanyakan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks buat komentarx..:)