Lanang : Maaf aku baru saja mampu
mengatakan yang sejujurnya padamu. Aku akui aku bejat, tetapi itu semua karena
aku takut akan ada kata perpisahan setelahnya. Jujur saat ini hanya engkau yang
aku tuju.
Neneng : Kang mas, aku mengenalmu
karena aku ikhlas dan ridho dengan apa yang ada padamu. Sudah menjadi suatu
resiko ketika aku memilih untuk mengabdikan diriku menjadi satu pilihanmu.
Lanang : Tapi kamu pantas untuk
mendapatkan yang jauh lebih dariku. Engkau, ……… sempurna.
Neneng : Nje kang mas, neng ngerti. Tapi
yang tidak neng ngerti kalau memang aku sempurna di mata akang, mengapa akang
ingin melepaskan aku begitu saja.
Lanang : Karena aku merasa hina dan
tak pantas untuk neng.
Neneng : Kang, yang nilai pantas
tidaknya seorang untuk orang lain itu bukan manusia, tapi yang menciptakan
manusia. Untuk itu ada kata yang tercipta karena peristiwa seperti itu, kata
itu adalah JODOH.
Lanang : Kalau kita tidak berjodoh
bagaimana..??
Neneng : Berarti itu yang Dia
inginkan untuk kita. Setidaknya kita tidak bersama bukan karena kita yang
memutuskan, tapi memang Dia tidak menakdirkan kita bersama. Atau mungkin saja
kita berjodoh di akhirat (dengan senyum yang paling indah yang pernah Lanang
temui).
Lanang : Terima kasih neng, neng
memang sempurna di mata akang. Insya Allah apapun yang neng minta, akang akan
turuti. Asal jangan minta akang untuk nguras lautan.
Neneng : (masih tersenyum) Memangnya
apa yang harus aku minta dari akang?
Lanang : Yah..terserah neng.
Neneng : Beneran aku bisa minta
apapun..?? Serius..??
Lanang : Insya Allah neng..
Neneng : Aku cuma menginginkan Taj
Mahal untukku dari akang.
Lanang : Boleh. Mau dibangun
bagaimana dan rancangannya seperti apa?
Neneng : Sederhana kok kang, cukup
dengan pondasi iman dan ilmu yang cukup sehingga materi di dalamnya terpenuhi. Aku
juga ingin bangunan itu berdindingkan kasih sayang dan cinta yang tulus. Kemudian
atapnya adalah kesabaran, kesederhanaan, kesetiaan, komunikasi, komitmen, dan
kesepahaman. Terakhir Taj Mahal ku akan diisi aku sebagai permaisurinya dan
akang sebagai sultannya.
Denting jam menemani pergantian tiap kata yang terucap dari
mereka. Keikhlasan untuk saling memahami dan menerima satu sama lain tidak akan
pernah berbuah masam. Kalaupun iya, itu hanya karena bukan orang yang tepat. Kadang
kala Tuhan mempertemukan kita dengan orang yang salah sebelum mempertemukan
kita dengan orang yang tepat. Semua itu bukan tanpa maksud, melainkan agar kita
mensyukuri kehadiran orang tepat itu.
Bersyukur menjadikan kita lebih kaya, ikhlas menjadikan kita
sosok yang mulia, dan tulang rusuk pasti akan kembali pada pemiliknya,
setidaknya itulah kata para pujangga.
Lanang)* dan neneng)**
hanya-lah sedikit dari sejuta dialog yang aku dapati dalam kehidupan ini.
Karena pengalaman tak harus kita alami untuk kita sebut pengalaman. Dialog ini
pun bisa aku sebutkan sebagai pengalaman, pengalaman cara Lanang dan Neneng
menilai kasih sayang.
)* berarti anak lelaki (bahasa Jawa)
)** berarti anak perempuan (bahasa Jawa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks buat komentarx..:)