Sabtu, 29 Juni 2013

TAJ MAHAL NENENG


Lanang             : Maaf aku baru saja mampu mengatakan yang sejujurnya padamu. Aku akui aku bejat, tetapi itu semua karena aku takut akan ada kata perpisahan setelahnya. Jujur saat ini hanya engkau yang aku tuju.
Neneng            : Kang mas, aku mengenalmu karena aku ikhlas dan ridho dengan apa yang ada padamu. Sudah menjadi suatu resiko ketika aku memilih untuk mengabdikan diriku menjadi satu pilihanmu.
Lanang            : Tapi kamu pantas untuk mendapatkan yang jauh lebih dariku. Engkau, ……… sempurna.
Neneng            : Nje kang mas, neng ngerti. Tapi yang tidak neng ngerti kalau memang aku sempurna di mata akang, mengapa akang ingin melepaskan aku begitu saja.
Lanang             : Karena aku merasa hina dan tak pantas untuk neng.
Neneng            : Kang, yang nilai pantas tidaknya seorang untuk orang lain itu bukan manusia, tapi yang menciptakan manusia. Untuk itu ada kata yang tercipta karena peristiwa seperti itu, kata itu adalah JODOH.
Lanang             : Kalau kita tidak berjodoh bagaimana..??
Neneng            : Berarti itu yang Dia inginkan untuk kita. Setidaknya kita tidak bersama bukan karena kita yang memutuskan, tapi memang Dia tidak menakdirkan kita bersama. Atau mungkin saja kita berjodoh di akhirat (dengan senyum yang paling indah yang pernah Lanang temui).
Lanang            : Terima kasih neng, neng memang sempurna di mata akang. Insya Allah apapun yang neng minta, akang akan turuti. Asal jangan minta akang untuk nguras lautan.
Neneng            : (masih tersenyum) Memangnya apa yang harus aku minta dari akang?
Lanang             : Yah..terserah neng.
Neneng             : Beneran aku bisa minta apapun..?? Serius..??
Lanang              : Insya Allah neng..
Neneng             : Aku cuma menginginkan Taj Mahal untukku dari akang.
Lanang              : Boleh. Mau dibangun bagaimana dan rancangannya seperti apa?
Neneng             : Sederhana kok kang, cukup dengan pondasi iman dan ilmu yang cukup sehingga materi di dalamnya terpenuhi. Aku juga ingin bangunan itu berdindingkan kasih sayang dan cinta yang tulus. Kemudian atapnya adalah kesabaran, kesederhanaan, kesetiaan, komunikasi, komitmen, dan kesepahaman. Terakhir Taj Mahal ku akan diisi aku sebagai permaisurinya dan akang sebagai sultannya.

Denting jam menemani pergantian tiap kata yang terucap dari mereka. Keikhlasan untuk saling memahami dan menerima satu sama lain tidak akan pernah berbuah masam. Kalaupun iya, itu hanya karena bukan orang yang tepat. Kadang kala Tuhan mempertemukan kita dengan orang yang salah sebelum mempertemukan kita dengan orang yang tepat. Semua itu bukan tanpa maksud, melainkan agar kita mensyukuri kehadiran orang tepat itu.

Bersyukur menjadikan kita lebih kaya, ikhlas menjadikan kita sosok yang mulia, dan tulang rusuk pasti akan kembali pada pemiliknya, setidaknya itulah kata para pujangga.
Lanang)* dan neneng)** hanya-lah sedikit dari sejuta dialog yang aku dapati dalam kehidupan ini. Karena pengalaman tak harus kita alami untuk kita sebut pengalaman. Dialog ini pun bisa aku sebutkan sebagai pengalaman, pengalaman cara Lanang dan Neneng menilai kasih sayang.


)* berarti anak lelaki (bahasa Jawa)
)** berarti anak perempuan (bahasa Jawa)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks buat komentarx..:)