Sabtu, 24 Agustus 2013

SUCCESS

Apa yang kau harapkan?
Benarkah SUKSES yang menjadi tujuanmu?
Lantas apakah KAMU SUDAH SUKSES?


Ketika ditanya, menurut kamu sukses itu apa?
Berbagai versi jawaban bermunculan.
Tapi benang merah dari keseluruhan defenisi, bahwa sukses itu adalah sebuah proses.
Hasil hanya tolak ukur seberapa keras usaha kita untuk benar-benar sukses.

Ketika ada orang yang hanya duduk diam saja, sebenarnya mereka telah sukses.
Iya, mereka sukses untuk menjadi tidak berarti dan bukan apa-apa untuk diperhitungkan.
Dan kalau pun ada yang mengatakan mereka adalah orang yang gagal, berarti konsep yang dihadirkan berdasarkan standar orang yang menilai. Jadi, sesungguhnya yang harus diperhatikan adalah standar yang digunakan untuk menjalani hidup. Satu-satunya untuk menjadi lebih adalah dengan memasang standar lebih untuk meraih sukses itu. Karena, walaupun sukses adalah sebuah proses, tetapi hampir semua orang menilai berdasarkan hasilnya. Meskipun aksi menyenangkan setiap orang adalah hal sia-sia, tapi pengaktualisasian diri adalah menjadi kebutuhan setiap manusia.

Sukses bukan hanya keinginan individu yang terkait. Terkadang di dalamnya terangkum keinginan dan harapan-harapan dari orang yang mencintai individu tersebut, semisal orang tua, suami/ istri, kekasih, pendidik, bahkan dari orang-orang yang tidak dibayangkan sebelumnya. Tetapi seringkali ditemui kesalahan-kesalahn ketika seseorang hendak mengungkapkan rasa pedulinya akan kesuksesan orang yang mereka sayangi. Ada yang mendorong terlalu kuat, hingga terkesan mengekang dan mencekik. Ada pula yang terlalu mengendorkan, sehingga terkesan kebablasan dan terlihat tidak peduli dengan kesuksesan orang yang mereka sayangi.

Perilaku orang sekitar cukup berperan besar menciptakan kesuksesan. Contoh yang paling sederhana adalah perbedaan orang tua yang sayang dan yang memanjakan anak mereka. Setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda dilihat dari tingkat usia dan urgent tidaknya kebutuhan itu. Anak yang berusia 8 tahun memiliki kebutuhan yang tidak sama dengan anak yang berusia 12 tahun. Rasa tanggung jawab dan pemahaman mereka tentang arti kepemilikan juga berbeda. Sehingga, mengikuti semua kemauan anak bukan menjadi solusi tepat menunjukkan rasa sayang. Penolakan dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan kepada anak sesuai dengan kemampuan bahasa sang anak, tentunya juga harus sesuai dengan usia mereka.

Sperti halnya ketika Tuhan yang belum mengabulkan permintaan, entah karena penundaan atau penggantian dengan apa yang lebih dibutuhkan. Mungkin karena cara meminta yang kurang tepat atau doa itu tengah menunggu waktu yang tepat untuk terwujud. Teringat dengan pesan bijak tua yang mengatakan meminta-lah apa yang kau butuhkan, jangan meminta apa yang kau inginkan. Karena apa yang diinginkan belum tentu menjadi apa yang dibutuhkan, dan apa yang dibutuhkan cepat atau lambat akan berubah menjadi apa yang diinginkan. Tuhan selalu punya cara untuk mengasihi, dan setiap manusia akan mendapatkan jalan yang berbeda-beda dan variatif. Seperti juga manusia menyayangi mahluk hidup dengan cara yang juga beragam. Sehingga kurang tepat kiranya jika penilaian hanya berdasarkan standar perseorangan. Mungkin ada baiknya standar itu perlu disesuaikan, dan itulah gunanya komunikasi

Lalu, apa yang dapat disimipulkan dari sederet penjelasan di atas mengenai kesuksesan? 

Untuk menjadi sukses diperlukan adaptasi berupa kerja keras (usaha), tekad, kedisiplinan, keihklasan, dan pengertian. Apabila semua itu telah dilaksanakan dengan tertib, maka peluang untuk sukses menjadi semakin besar. Jadi tidaklah salah jika kebanyakan filsuf mengatakan sukses itu adalah sebuah proses, hasil hanyalah betuk ukuran seberapa besar usaha yang telah diupayakan untuk mewujudkan sukses itu. Tapi, apakah setelah sukses lantas dapat dikatakan berhasil? Belum! Bersyukur menjadi kuncinya. Apapun yang kita lakukan patut disyukuri. Kalau pun tidak sesuai target yang diharapkan, berarti perlu diadakan pengkajian lebih lanjut mengenai cara meraih sukses itu, besar upaya kita menggapai sukses, dan mantap tidaknya niat kita menjadi sukses.

Sekarang sukses tidaknya adalah kembali menjadi sebuah pilihan. Karena hidup adalah sebuah pilihan, meskipun seseorang memilih untuk "tidak memilih" sesungguhnya saat itu pula mereka "telah" memilih.


Sekarang, yakinkan diri Anda benarkah SUKSES menjadi salah satu tujuan hidup Anda?
Jika memang iya, perbaiki proses menuju sukses itu.
Dan ketika sukses itu telah ada, jangan pernah lupa syukuri!

Sekian hasil pemikiran saya. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan.
Mari berbagi untuk hasil yang lebih baik.

Bogor, 25 Agustus 2013
Nurul Ichsania Hammado, S. Pd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks buat komentarx..:)