Aku dan hujan.
Ketika awan tak tampak biru, keabu-abuan.
Gemuruh langit bersahut-sahutan.
Dan flash cahaya mewarnai batas antara nyata dan maya.
Dan aku yang berdoa,
ditempatku [masih] berdoa..
tentang jalan hidupku.
Seperti hujan yang mengucur diantara dedaunan, menambah kekhusyukan sang pemikir.
Lembaran yang kuyup mengantar pada imajinasi tak terhingga.
Menengadahkan tangan yang enggan tertangkup,
hendak menampung semua air kehidupan.
Tapi, seperti biasa..wadahnya tak cukup besar menampungnya.
Kenangan,
Mimpi,
Cita-cita,
Semua teraduk menjadi satu.
Oleh sang angin.
Pada jalan yang berseberangan, berpuluh pasang mata menghadap ke langit.
Berharap hujan segera usai.
Tidak dengan aku.
Aku menikmati tetesannya.
Aku suka aromanya.
Aku suka decit sepatu yang berlari menghindari hujan.
Aku menikmati aspal yang luluh pada rembesan yang jatuh dari langit.
Aku yang selalu punya cerita tentang hujan.
Aku yang perlahan menutup mata membayangkan bulir hujan menyusup pada pori benang bajuku.
Aku dan hujan.
Aku dan hujan.
Satu cara untuk ku bersyukur.
Bersyukur tentang gerah yang terobati hujan.
Tentang hujan yang membawa angin.
Tentang angin yang memainkan hati yang merasakannya.
Kemudian tentang mereka yang dengan dan atau tidak was-was akan hujan.
Kembali tentang aku dan hujan.
Alhamdulillah..
Aku di kota hujan.
Setidaknya, ini cara Dia membawaku pada zona imanjiner.
Bahwa aku dan hujan,
segaris dengan jalan sore ini.
Nhia Hammado
GWW IPB Kampus Dramaga
231013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks buat komentarx..:)