Rabu, 01 Mei 2013

_ S E N J A _


“ apa yang kau inginkan saat kita benar-benar bersama suatu hari nanti? Aku hanya ingin menghabiskan soreku denganmu di anjungan yang penuh camar,sederhana.”

            Senja diantara riuh ramai ruangan, mataku hanya terpaut pada sepasang mata yang hanya bisa berbicara dari panah tajam tatapannya yang ia lepaskan tepat menyentuh bagian terdalam hatiku hingga penasaran. Namanya Nhia, se-anggun wajahnya. Tapi bukan itu yang membuatku penasaran, senyum, tawa renyahnya, seolah tak ada masalah dengan kehidupannya, sempurna. Matanya bulat dan cerah, entah dari mana sihir yang menjadikannya manusia luar biasa untuk aku pelototi hingga mampus hatiku berdebar tak karuan.
            Lamunanku dibuyarkan oleh kata hatiku yang tak sopan menghampiriku. Pelan-pelan dia membisikkan untuk tidak pernah berharap menjadi satu bagian dari hidup Anggun. Dia terlalu sempurna untukku! Entah berapa kata sempurna lagi yang mampu aku sisipkan tiap kali mataku liar mencuri sepasang mata bola miliknya. Tuhan, hatiku tidak dapat berbohong. Ia jauh lebih kuat ketimbang logikaku saat ini. Maafkan aku, karena saat ini yang aku mau hanya menatap matanya.
            Dia, dia, dan kemudian dia. Tanpa sadar laptop aku biarkan mongering seiring dengan mataku yang semakin perih mengharap ia mampu mengerti arti pandanganku. Sebelumnya aku pernah bertemu dengannya, tapi rasa kagumku tak sehebat ini. Masya Allah, dia seperti penyihir yang tiba-tiba saja menyihirku jadi sosok kaku dan gagu, walau hanya untuk mengatakan “hai”! Atau mungkin, karena dia dan aku terlalu.., dan aku berusaha menyudahi lamunanku yang terlalu lancang menjamah keindahan paras anggun.
***
            Aku bertemu dengannya beberapa waktu yang lalu, mungkin lebih tepatnya beberapa bulan yang lalu. Iya, perumpamaan waktu yang tepat “hampir setahun”. Kala itu, dia sedang bersama seorang lelaki, aku pikir kekasihnya. Aku pun menertawai diriku yang salah mendiagnosa, karena ternyata lelaki yang bersamanya hanya rekan bisnisnya. Aku terlampau curiga, bentuk dari kewaspadaanku agar hatiku siap dengan kemungkinan terburuk.
            Tak habisnya mereka aku tatapi, mengamati tiap jengkal tingkah mereka lalu aku simpulkan mereka hanya teman. Disitulah awal perdebatan antara hati dan logika ku. Diam-diam hatiku menaruh kata “ingin” pada sosok anggun. Diam-diam pula logika ku mati-matian melumpuhkan semangat sang hati dengan menghadirkan sejuta fakta ketidakpantasan ku mengharapkan ranum pribadinya. Sangat matang untuk gadis seusianya, dewasa, bersahaja. Semoga kata-kata itu tidak berlebihan untuk aku sematkan pada lakonnya yang nampak.
***
            Hari ini di penghujung senja aku diberi kesempatan oleh Yang Maha Kuasa, untuk kembali menjumpai ciptaan anggun-Nya, meski harus mencuri-curi kesempatan untuk bisa mencari sepasang mata itu. Hanya itu yang bisa aku lakukan, yah..setidaknya hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini. Hingga suatu kesempatan aku dan dia diberi waktu untuk saling mengenal dan kami pun larut pada nyamannya perkenalan itu.
            Mungkin ini tidak akan bertahan lama, didera berbagai masalah sepertinya akan membuat Anggun menyerah pada keadaan. Aku dan logika merasa malu terlebih dikarenakan perkiraan kami meleset. Dia masih bertahan dengan perkenalan dan ingin terus mengenalku. Sejujurnya aku juga ingin mengenalnya lebih jauh, hanya saja ada marka yang harus kami patuhi dan sedikit kami lunakkan. Tidak mudah, wanita yang pantang menyerah! Justru terkadang seperti aku yang merasakan lelah itu. Namun, berkali-kali senyumnya membuatku yakin untuk tetap berdiri pada apa yang aku yakinkan.
            Bagaimana mungkin dari kepalanya terlintas prinsip itu, dan bagaimana mungkin ia begitu meyakini apa yang ia putuskan sedangkan saya saja yang berumur jauh lebih tua darinya bermental rapuh. Sebenarnya ia pun rapuh, sangat rapuh. Tetapi keyakinan dan tekadnya menjadikannya wanita kuat dan kadang-kadang jadi terlihat keras kepala. Dari pesan singkat yang terkirim untukku, aku kembali mengulang membaca pelan apa yang ia kirimkan untukku. Kurang lebih seperti ini isinya:
Aa, saya percayaki, saya berharap penuh sama kita. Pernah saya berharap pada sesorang, tetapi tidak sebesar ini. Mungkin karena aku berharap kita yang terakhir. Apa pun hasil akhirnya saya bisa terima, asalkan masih berjuangki selama harapan itu masih ada, sekecil apapun itu tetap disebut perjuangan. Jadi, besok-besok kalaupun harus gagal,toh..kita sudah pernah mencoba untuk melakukan yang terbaik! Miss you dear..:)”
            Ikon senyum selalu saja ia bubuhkan pada tiap pesan yang ia kirimkan untukku. Kecuali ketika ia sedang marah dan BT dengan sikapku yang sibuk dan selalu terbuai dengan godaan memejamkan mata di atas empuknya bantal padahal aku tengah berbicara dengannya. Itu semua lucu untukku. Oh iya, dia tidak hanya menjadi wanitaku, terkadang dia menjadi adik kecilku [makna kiasan], terkadang dia menjadi nenek cerewet yang siap meneror, kadang dia berlagak sebagai pembimbing akademik, kadang dia sok bego walaupun aku tahu persis itu bukan dia.
            Kembali pada sepasang mata bundar miliknya, entahlah..bisa dibuat gila dan lapar aku apabila mengingat sepasang mata bundar itu. Gila karena entah kapan aku bisa benar-benar menatapnya dan menikmati tiap sensasi tatapan yang ia luncurkan padaku. Lapar, karena bundar tak hanya matanya tapi juga wajahnya yang senantiasa mengingatkanku pada semangkok bakso.
***
            Pernah suatu ketika pada suatu senja dia bertanya padaku, apa rasanya menjadi satu bagian dari hidupnya. Sehelai senyum terbias di wajahku, sambil mencoba mencari-cari rangkaian kata yang bisa aku rencong untuk menjadi seuntai kalimat. Dan aku dapati diriku tak mampu berucap. Hanya semburat rona merah yang bisa aku bayangkan menari di sekitar pipinya. Untuk saat ini hanya mampu “membayangkan” sampai suatu saat nanti aku bisa benar-benar bersamanya. Kemudian ide jahil pun mengawang-awang dari kepalaku. Aku tanyakan padanya:
“Apa yang kau inginkan saat kita benar-benar bersama suatu hari nanti?” tanya diriku.
“Aku hanya ingin menghabiskan soreku denganmu di anjungan yang penuh camar, sederhana.” akunya sesingkat aku mampu membayangkan kembali sepasang mata itu.
            Angin malam berhembus perlahan membisikkan imajinasi penuh fantasi pada seonggok otak yang ditaruh Tuhan pada posisi teratas. Seolah menegaskan, segala sesuatu harus melalui otak kemudian hati yang berada lebih bawah. Andai saja dapat aku tembus kabut malam itu, akan aku pacu kedua kakiku berlari sedemikian cepatnya hanya untuk merapikan singgasana ratu yang telah mencuri setengah akal ku beberapa bulan terakhir ini. Yang tak bisa juga aku pungkiri, adalah kemampuannya mempermainkan mood dalam diriku. Benar-benar mahluk utusan Penciptanya yang diberi amanah untuk menguji kesabaranku.
            Sudah berkali-kali aku mencoba membuat semua menjadi realistis untuk aku pahami. Tetapi ada-ada saja yang mistik dan unik darinya. Seperti disengaja, dia melancarkan hipnotis kepadaku. Awalnya hanya mengagumi sepasang matanya, kemudian menjadi satu candu yang aku sebut jatuh cinta. Saat ini tengah aku ubah menjadi “bangun cinta” agar tak ada kesakitan ataupun penyakit kronis yang mengkontaminasinya. Semoga tetap murni dalam balutan keikhlasan, setidaknya hanya itu nilai magis yang bisa aku minta pada Sang Empunya Ciptaan sempurna. Semoga kami dapat disatukan untuk setiap senja yang kami lalui.
***
Aku sudahi lamunanku karena senja ternyata telah meninggalkanku digantikan oleh gelap sempurna. Aku mengakhiri lamunanku dengan berjuta janji yang aku berikan padanya. Satu harapku, semoga aku-lah janji yang diciptakan Sang Maha Diatas Maha untuk masa depannya. Amin.
Nhia, optimis, ceria, seceria virus yang ia suntikkan pada tiap kesempatan memikirkan sepasang mata bundarnya. Teruslah seperti itu, teruslah menjadi Nhia-ku, sampai senja berikutnya mempertemukan kita pada dua pasang mata yang saling berpaut bukan sekedar mengagumi. Namun saling memiliki. Nhia..selamat menyambut petang sayang, dari pengagum senja dan sepasang mata bola milikmu.

Mawang, 02 Mei 2013
_Nhia Hammado­_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks buat komentarx..:)