Kamis, 30 Oktober 2014

Perempuan


Bismillah..

Sore itu aku melalui petualangan yang luar biasa dengan teman lamaku. Sembari menapaki jalan yang dipenuhi dedaunan kering, aku memulai obrolan berbobot dengannya. Awalnya hanya berupa candaan ringan, namun aku tahu ujungnya akan ada pembelajaran berharga yang akan kita perbincangkan. Seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, tidak ada pertemuan yang hanya kami habiskan dengan tanpa dialog berbobot. Jadi, berikut adalah potongan percakapan yang sempat tersimpan dalam ingatan jangka panjangku.

Kami adalah perempuan, dan perempuan merupakan mahluk yang dianugerahi dengan banyak keistimewaan. Aku suka membahas sisi perempuan bukan hanya karena aku perempuan, tetapi memang tidak akan pernah ada akhirnya pembahasan mengenai bagaimana wanita sesungguhnya harus eksis. Belakangan marak menjadi perbincangan mengenai sifat wanita yang diidamkan. Tidak jarang aku temui banyak status yang menunjukkan bagaimana wanita idaman itu. Salah satu status media sosial temanku menuliskan kurang lebih seperti ini, “Bahkan teori 3B (Beauty, Behavior, and Brain) mampu dikalahkan oleh teori 3S (Syar’i, Sholehah, and Smart)” atau bahkan ada salah satu teman lelakiku yang menuliskan “Perempuan Idaman adalah mereka yang Syar’i, Sholehah, dan Smart, selamat malam perempuan yang bisa dicicil uang panaik-nya (read: uang mahar)”, haha..gagal fokus. Baiklah kembali ke topic pembicaraan. Sederhana hanya saja mungkin konsep yang dibuat orang-orang berilmu dan beriman itu. Tetapi, tahukah kita bahwa apa yang terdapat dibalik kedua konsep itu, ada pembelajaran yang luar biasa tentang perempuan yang siap bersaing di era saat ini.
     
   Sebelum saya membahas mengenai 3S itu, maka saya memulai dengan konsep lama yaitu 3B. Pertama yang akan dibahas adalah beauty. Lantas mengapa kata ini yang ditaruh paling pertama? Sederhana saja jawabannya, karena setiap wanita menginginkan predikat “cantik”, terlepas bagaimana mereka memaknai kata “cantik” itu. Saya jadi teringat satu bait potongan lagu band Lyla yang membuatku jatuh cinta dengan lagu ini,

“Bukan karena make up di wajah mu atau lipstik merah itu, lembut hati tutur kata terciptalah cinta yang kupuja. Karena kamu cantik, kan kuberi segalanya apa yang ku punya dan hatimu baik, sempurnalah duniaku saat kau di sisiku”

bahkan diciptakan lagu istimewa yang diperuntukkan untuk mendefinisikan bagaimana cantik itu sendiri. Cantik itu relatif, dan bagaimana masing-masing mata mendefinisikan adalah tergantung kacamata yang digunakan. Contoh sederhana; Suhyana (25thn), cantik itu seperti Selena Gomes; Setiawan (24thn), cantik itu seperti cewek-cewek korea yang bermata sipit dan berambut panjang (yang kemudian diejek Suhyana sambil berkata, hati-hati loh..kuntilanak juga berambut panjang!#abaikan); dan Riezha Khann (25thn), cantik itu yah..seperti calon istri ane broh..(hayo, calonnya yang mana coba..:D ). Karena defenisi yang terlalu meluas, maka diperbaikilah teori tadi dengan mengganti beauty dengan syar’i. Nah, ketika ada batasan syar’i tadi, maka jelas sudahlah cantik itu seperti apa. Berpakaian sopan, bertutur santun, dan bersih. Setidaknya itulah yang aku pahami dari ajaran agamaku. Dan saya pun yakin, agama manapun setuju dengan defenisi kali ini.

     Kata berikutnya yaitu brain. Entah mengapa saya jadi ingin menaruh kata ini di urutan kedua. Bisa jadi karena menurut saya perempuan “cerdas” itu seksi. Iya, bukan hanya dituntut untuk cantik tapi tidak berotak dangkal. Nah, saya juga pernah sekali mendapati status teman lelaki saya menuliskan seperti ini, “jadi perempuan jangan berpikir dangkal dan cengeng”, kemudian saya pun mengangguk diam dalam hati. Oh, atau mungkin display picture teman saya yang memamerkan deretan kalimat:

“Saya berusaha agar anak saya jauh lebih cerdas dari saya. Saya tidak rela jika saya menjadi ibu yang tidak bisa memenuhi kehausan anak saya akan ilmu dan iman. Karena itu saya belajar untuk melatih respon kepekaan cintaku pada ilmu pengetahuan dan agama.”

Jika ingin mendefinisikan cerdas itu seperti apa, nampaknya agak sedikit rumit, karena kecerdasan ada banyak jenisnya. Dimulai dari kecerdasan numerik dan logic, linguistik, intuisi dan seni, olahraga, interpersonal, intrapersonal, dan masih banyak lagi penggolongan lainnya, setidaknya itu yang masih terpatri dalam memoriku semenjak strata satu dulu. Ada beberapa wanita yang memiliki multi intelegensi atau yang lebih dikenal multi kecerdasan, yaitu kondisi dimana seseorang memiliki lebih dari satu kecerdasan. Subhanallah mereka yang dianugerahi kecerdasan lebih. Mengenai kecerdasan, tidak sedikit orang yang menganggap jika kecerdasan itu adalah bawaan lahir, semacam rezeki yang telah ditakdirkan untuk orang-orang tertentu. Memang benar jika kecerdasan itu hanya akan menghampiri orang-orang tertentu, yakni orang yang berusaha untuk cerdas. Tetapi bukan berarti mereka yang tidak memiliki keturunan cerdas tidak memiliki kesempatan untuk cerdas. Berdasarkan prinsip peluang di mata kuliah analisis statistika, peluang dari suatu kejadian memiliki proporsi yang sama (thanks for the awesome lecture assistant ;)). Jadi, kejadian yang sebenarnya adalah bahwa para orang tua yang memiliki kecerdasan, akan mengupayakan anaknya untuk memiliki kecerdasan yang sama atau bahkan melebihi orangtuanya. Kemudian disimpulkan, kemungkinannya akan sama jika saja para orang tua yang memiliki kemampuan pas-pasan mendoktrin dan mengupayakan anaknya untuk memiliki kecerdasan melebihi orangtuanya, suatu saat akan mendapati anaknya mampu mengubah nasib keluarga mereka, who knows. Belajar bisa dimana saja dan kapan pun, karena belajar tidak ada batasan. Semakin seseorang belajar, semakin sadarlah mengenai banyak ketidaktahuan mereka. Semakin saya belajar, semakin jatuh cinta-lah saya pada ilmu.

Potensi setiap orang untuk menjadi cerdas sama saja. Ada yang hanya dengan duduk santai lantas ketika ujian mendapatkan nilai baik. Ada juga yang harus dibantu dengan metode sistem kebut semalam, yang tentu saja tidak saya anjurkan. Ada juga yang memiliki cara audio (mendengarkan) atau visual (melihat). Ada juga yang tidak bisa belajar disatu tempat. Ada juga yang membuat rangkuman materi terlebih dahulu, atau berdiskusi, atau bahkan bersemedi di kamar mandi (nah loh..). Apapun caranya, yang penting belajar. Untuk saya sendiri sepertinya adalah orang yang harus belajar jauh hari sebelum ujian itu tiba. Ingat, tidak ada manusia yang bodoh, hanya saja mereka malas atau lamban dalam memahami materi. Kira-kira saya termasuk yang lamban memahami (hehe..), karenanya ketika orang lain perlu berjalan lebih cepat untuk menempuh kesuksesan mereka, maka saya harus berlari untuk minimal menyamai mereka.

     Tetapi, apakah lantas karena kita telah menguasai semua materi dan mendapat nilai bagus lantas kita disebut cerdas? Belum! Pepatah lama mengatakan “ilmu tanpa iman bagai raga tak berjiwa, kosong, hampa..”. Maka kemudian kecerdasan didefenisikan sebagai kemampuan seseorang untuk menemukan solusi dari masalahnya, membuat suatu keputusan dan bertanggungjawab, serta bermanfaat untuk dirinya, keluarga, bangsa, dan agamanya. Itulah yang didefenisikan sebagai smart.

     Poin ketiga adalah behavior. Poin ini yang banyak digaung-gaungkan sekarang hampir disetiap elemen kehidupan. Terkadang dalam poin behavior sering dimaknai sebagai “kecerdasan emosional”. Mereka yang memiliki behavior yang baik, akan membentuk mereka menjadi insan dengan skill yang luar biasa. Masih ingat dengan pernyataan “perempuan harus multitasking dan mandiri”? Iya, tepat sekali. Perempuan yang diidamkan adalah mereka yang bisa melakukan banyak pekerjaan secara bersamaan dan tentu saja dengan hasil yang baik. Ini adalah bagian terpenting dari metode 3B. Meskipun menjadi poin yang terakhir, tapi poin inilah yang menjadi identitas wanita idaman sesunggunya.

     Bagaimana untuk bisa multitasking? Tidak jauh-jauh mencari defenisi, mari menengok ibu kita masing-masing. Salah satu figur yang berkontribusi paling besar hingga saya berada sejauh ini adalah beliau. Saya memanggilnya mama. Mama saya adalah perempuan luar biasa. Memiliki delapan anak, lima perempuan dan tiga laki-laki, dengan persoalan hidup masing-masing yang luar biasa hebatnya. Mama saya seorang pensiunan guru. Konon kabarnya, mama saya pensiun ketika melahirkan saya (hadeuh..dasar nhia!!:D). Sebelum pensiun, mama saya harus mengurus semuanya dengan bakat multitasking-nya. Mama saya pandai menjahit, membuat beberapa masakan yang selalu membuatku rindu pulang (hikss..), ataupun beberes rumah. Selama bisa dilakukannya sendiri, akan dia lakukan pekerjaan itu tanpa merepotkan orang lain (yang pada akhirnya beliau lupa usianya sekarang berapa, masih saja ngotot kerja ini dan itu). Jangan ditanya kalau perkara mengajar. Banyak pengalaman unik yang diajarkan beliau kepada saya, berikut rangkuman nasihatnya.

1. Jadi perempuan itu harus bisa masak dan beres-beres (kolot tapi tetap aku jalankan, hehe..). Bagaimana mau dirindukan suami dan anak, kalau tidak ada kenangan yang membuat mereka ingin pulang. Bahkan teman lama saya itu sempat membuat status “my mother is the best chef in this world”. Tidak harus masakan mewah, yang penting bergizi dan sehat. Begitu juga rumah, kalau tidak bersih kan malu sama tamunya suami. Perempuan cantik itu tercermin dari dapur, sumur, dan kasur, yang entah beliau dapatkan darimana quote tersebut (yang pernah se-rumah denganku pasti sangat ingat dengan kalimat itu :D ).

2. Jadi perempuan itu, harus pintar berempati dan tetap tegas. Pelajaran semakin rumit. Satu sisi dianjurkan untuk berempati, tetapi di sisi lainnya harus tetap tegas. Ada lagi hal unik yang diajarkan kedua orangtua saya. Mereka membedakan antara “memanjakan dan menyayangi”. Menyayangi adalah memenuhi permintaan anak sesuai kebutuhan dan usianya, sedangkan memanjakan adalah meng-iya-kan semua permintaan dan rengekan anak hany karena empati berlebih atau tidak tahan mendengar rengekan dan tangisannya. Saya ingat betul bagaimana keluarga (bukan hanya orangtua, tapi juga saudara-saudaraku) bersikap ketika saya meminta salah satu gadget, handphone. Saya tetap dibelikan gadget tersebut, tetapi hanya yang bisa menelpon dan mengirim pesan tentu saja dengan wejangan “kalau dhede mau HP yang lebih canggih dan bagus, dhede harus menabung atau setidaknya punya kerjaan dulu untuk membeli dengan uang  sendiri”. Kini saya pun mengerti, barang yang saya beli dengan jerih payah sendiri, kenikmatannya luar biasa dan kita jadi lebih bisa menghargai keberadaan barang tersebut (yah..meskipun saya tetap saja ceroboh, kadang-kadang menghilangkan barang..:D).

3. Jadi perempuan itu harus bisa berhemat, karena belum tentu rezeki datang dalam jumlah yang sama. Berhubung karena saya masih belum berpenghasilan tetap, makanya ada baiknya saya belajar untuk “memprioritaskan” segalanya. Mulai mengurut mana yang terbilang penting dan mana yang bisa ditunda. Mana yang bisa didaur ulang dan mana yang sekali pakai.

4. Jadi perempuan itu harus bisa tangguh. Kadang ada waktu dimana tidak ada lelaki yang bisa membantu beberapa pekerjaan rumah. Disaat seperti itulah diperlukan skill untuk memperbaiki antenna TV, memperbaiki kabel listrik, atau bahkan mengangkat galon. Agak ekstrim memang, tetapi intinya selama bisa dikerjakan oleh kita, kenapa harus menyusahkan orang lain.

5. Jadi perempuan jangan cengeng, harus anggun, santun dan sabar. Upss..untuk yang satu ini saya masih belum lulus,haha..Karena air mata pun ada waktunya untuk kita teteskan. Jangan meneteskan air mata sehingga terlihat lemahmu, tapi teteskanlah untuk menunjukkan sisi terkuatmu. Masih agak sulit untuk saya terapkan, tapi bukan berarti tidak bisa diupayakan.

6. Jadi perempuan itu harus paham agama. Bagaimana kamu akan dipilih oleh jodoh kamu yang beriman, kalau kamu belum memantaskan diri untuk dipilih oleh mereka yang beriman(jleb..mak..). Mari berbenah wahai wanita-wanita.

Inilah yang disebut sholehah dalam agama kami.
Hingga kemudian, saya dan teman lama saya menyimpulkan hasil diskusi kami.

Tidak akan sanggup kita mengajarkan konsep apa itu hitam, putih, dan abu-abu, jikalau kita hanya sibuk mendeskripsikan tanpa pernah mempraktekan. Kalah teori oleh praktek. Kita harus mengenakan jubah hitam untuk menunjukkan jika inilah warna hitam, harus mengenakan jubah putih untuk menunjukkan putih, dan mengenakan jubah abu-abu untuk menunjukkan yang mana warna abu-abu. Atau mungkin dengan menunjukkan benda yang mewakili warna tersebut. Jadi jangan harapkan anak anda menjadi insan menawan, sopan, dan bersih, jika anda sendiri tidak menerapkan bagaimana konsep sopan, menawan, dan bersih itu. Jangan harapkan anak anda disiplin ataupun cerdas, kalau anda sendiri tidak menerapkan sistem disiplin dan cerdas tersebut. Jangan harapkan anak anda tahu beribadah, kalau anda sendiri tidak beribadah. Mari menjadi wanita yang jauh lebih baik.

Terima kasih kawan lamaku, karena telah mendengarkan keluh-kesahku sore itu. Bahkan aku selalu merindukan perbincangan-perbincangan bermutu ketika kita menghabiskan waktu bersama. Besok-besok temani aku lagi di laboratorium yah..haha..

Ps: Thanks for meatball time-nya dear..:*

Bogor, 10 Oktober 2014.
_Shine_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks buat komentarx..:)