Masih
teringat dengan jelas beberapa tahun silam, ketika semua anak merayakan
kelulusan mereka di tingkat Sekolah Menengah Pertama. Banyak diantara mereka
yang mempunyai cita-cita melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Atas seperti
yang telah mereka idam-idamkan. Tetapi naas, aku..iya, aku seorang anak dengan
kekecewaan luar biasa yang entah itu datang untuk mengutuk diri sendiri atau
nasib yang berlaku atas diriku. Bisa aku gambarkan dengan baik bagaimana
situasi sekitar kala itu. Pohon jambu yang sedang berbunga berdiri tepat
ditengah-tengah lapangan sekolah. Bunganya tidak lantas membuat hatiku berbunga
atau bahagia. Bagaimana bisa itu terjadi sementara aku adalah salah satu siswi
yang dinyatakan TIDAK LULUS pada UJIAN AKHIR NASIONAL. Galau dan gamang yang
menyergap membuat keriuhan sekolah seperti hampa di benakku. Ujian memang
mematahkan impianku kala itu untuk melanjutkan sekolah kejuruan farmasi yang
aku idam-idamkan sejak jiwa ragaku berdecak kagum memandang kakak-kakak dari
sekolah farmasi. Tidak itu saja, berbagai cibiran, kecaman, dan sindiran seakan
sinis menikam ke arahku. Dunia seperti berhenti seketika, impian dan cita-cita
aku buang ke tong sampah. Malu, marah, geram, kesal, dan mengutuki kejujuranku
kala itu. Penderitaan tidak berakhir begitu saja, tak ada satu pun sekolah di
dalam kota yang mau menerimaku, dan berakhirlah aku di salah satu sekolah
pinggiran kota.
Untung saja waktu itu cita-cita dan
amarah ku tidak seluruhnya aku buang ke dalam tong sampah. Masih ada yang aku
sisakan, sedikit tetapi ampuh untuk aku ubah bentuknya menjadi amunisi. Bukan
aku gunakan untuk memerangi orang lain, namun terlebih untuk aku gunakan
membangun kembali kepercayaan diriku yang luluh lantah akibat kekecewaan yang
teramat perih. Di tempat asing itulah, aku belajar banyak hal. Kekeluargaan,
persaudaraan, persahabatan, perjuangan, dan yang paling penting adalah belajar
untuk bangkit setelah terjatuh. Pelan-pelan, aku rangkai batu titian masa
depanku. Sambil terus menggenggam cita-cita yang seakan semakin menyala, “aku
ingin menjadi pendidik”. Ingin aku bagikan apapun yang aku dapatkan selama ini
kepada mereka yang haus akan pendidikan. Akan aku kuatkan mereka yang
berpotensi namun tak tahu potensi mereka. Aku hanya ingin membayar semua
kekecewaanku dengan melihat anak didikku tumbuh kembang melampauiku.
Saat ini, aku telah melangkah sejauh
ini. Rasanya ada sejuta pengalaman yang menyertai jejak-jejak kaki. Satu dua
bahkan jutaan air mata, tidak lagi terbilang banyaknya. Semua yang aku dapatkan
hari ini, aku dedikasikan kepada mereka yang sabar menemaniku dan selalu yakin
kemampuanku. Tidak lupa juga saya haturkan terima kasih kepada mereka yang
meragukan dan memandangku sebelah mata. Tanpa sikap kalian yang antipati
terhadapku, mungkin aku tidak bisa menjadi seperti saat ini. Semoga kalian
semua terangkum bersama-sama dengan mereka yang senantiasa menebar kebaikan.
Aamiin allahumma aamiin.
Bogor,
160915
Nurul
Ichsania Hammado, S.Pd, M.Si.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks buat komentarx..:)